Buat teman-teman yang suka
menikmati wisata alam, pergi ke hutan lindung pasti dapat memberikan pengalaman
yang sangat menarik. Hutan lindung yang masih terjaga kealamiannya dan
keasriannya, mampu memberikan sensari tersendiri buat pengunjungnya.
Selain memiliki keindahan alam,
hutan lindung juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam. Hutan
lindung berfungsi sebagai penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
terjadinya banjir dan erosi, menjaga kesuburan tanah, serta melindungi
kanekaragaman hayati.
![]() |
Source : belitungwonderful.com |
Karena fungsinya yang sangat vital itu, hutan lindung haruslah kita lestarikan. Ada berbagai macam cara yang telah bisa dilakukan untuk melestarikan hutan lindung. Salah satunya adalah dengan menjadikannya sebagai destinasi wisata. Dengan menjadikannya destinasi wisata, kita dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat disekitarnya dan sebagai sarana edukasi lingkungan dengan tetap menjaga kelestarian alamnya.
Beberapa hutan lindung yang kini
menjadi destinasi wisata contohnya adalah Taman Nasional Gunung Leuser di
Sumatera Utara, Taman Nasional Way Kabas di Lampung, Taman Nasional Komodo di
Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Tanjung Putting di Kalimantan Tengah, Taman
Nasional Gunung Halimun Salak di Jawa Barat, Taman Nasional Ujung Kulon di
Banten dan Taman Nasional Baluran di Jawa Timur.
Dari Febriansa, seorang pemuda
Bangka Belitung yang berkeinginan untuk melestarikan hutan di kampung
halamannya tercetuslah ide untuk menjadikan hutan lindung di wilayahnya menjadi
destinasi wisata alam.
Kilas Balik Munculnya Ide Menjadikan Hutan Lindung Destinasi Wisata
Seperti pemuda pada umumnya, febriansa juga suka nonkrong dan berdikusi bersama teman-teman di Desanya. Sepulang dari kuliah di Yogyakarta, lulusan Tehnik Mesin ini memilih untuk pulang ke kampung halamannya. Sepulangnya ke rumah, tempat tinggalnya kemudian menjadi tongkrongan pemuda Desa.
Dari obrolan santai dan
diskusi-diskusi kecil pemuda desa inilah mereka mulai sadar akan pentingnya
menjaga dan melestarikan hutan. Obrolan merekapun kemudian mengerucut ke sebuah
bukit bernama Bukit Kemantauen. Bukit ini memiliki bebatuan unik dan
pemandangan yang indah. Namun sayangnya tempat ini belum dikelola dengan baik
meskipun sudah banyak diketahui oleh warga. Padahal bukit ini memiliki potensi
wisata yang sangat besar.
Dari diskusi tersebut muncullah ide
untuk mendirikan Pokdarwis ( Kelompok Sadar Wisata ) dan Febriansa ditunjuk
sebagai ketuanya. Setelahnya merekapun mulai membenahi Kawasan tersebut agar
layak menjadi tempat wisata.
Dari Bukit Biasa Jadi Wisata Geosite

Tak ingin melanggar aturan, mereka
mulai mengurus legalitas pengelolaan hutan. Dari penyuluhan kehutanan, mereka
mulai mengenal Program Kehutanan Sosial (HKM). Merekapun mulai melakukan
pengajuan, namun berbulan-bulan lamanya taka da kabar tentang progress pengajuan
legalitas tersebut.
Di tahun 2017 mereka kemudian diminta
untuk mengusulkan ulang. Namun bedanya, kali ini mendapat pendampingan intens
dari penyuluh kehutanan. Tak selang beberapa bulan dari pengajuan, team dari
Kementrian langsung turun ke lapangan. Dan tepat di bulan Mei 2017 SK pengelolaan
HKM akhirnya terbit.
Perjalanan menjadikan Bukit Kemantauen
menjadi wisata geosite tak selalu mulus. Meski begitu Pokdarwis yang dipimpin
Febriansa ini tak pantang menyerah. Mereka menyadari bahwa akses menuju Bukit
Kemantauen ini sulit untuk dijagkau kendaraan.
Kelompok ini kemudian mencoba
mencari alternative jalan lainnya. Setelah mencoba mencari kesana kemari
akhirnya di tahun 2018 mereka menemukan sebuah Kawasan dengan karakter bebatuan
besar dan ala terbuka yang dahulu dikenal sebagi tempat berburu rusa dan kijang
bernama Batu Begalang.
Mereka mulai membenahi Kawasan tersebut
hingga akhirnya pada bulan Juni 2021 Batu Begalang launching sebagai Kawasan wisata
di Belitung Timur. Meskipun akses jalan pada waktu itu masih jauh dari kata
sempurna, namun kunjungan selalu melonjak tiap akhir pekan.
Wisata Geosite Batu Begalang
![]() |
Source : belitungwonderful.com |
Dikenal dengan Magical Forets di Belitung Timur, Wisata Geosite Batu Begalang ini memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Salah satuya adalah tumpukan batu yang mirip sebuah kursi untuk memantau hutan dari atas bukit. Keajaiban ini ditemuka di tahun 80-an ketika masyarakat setempat membongkar bebatuan tersebut dan dalam kurun waktu 5 menit ditinggalkan, bebatuan tersebt kembali kedalam bentuk semula.
Salah satu tempat yang paling
diminati wisatawan adalah Bukit Kemantauen. Di sini wisatawan bisa camping dan
melihat milky way di malam hari. Dan ketika pagi hari, wisatawan akan disuguhi
dengan sunrise dengan sudut terbaik di Belitung.
Selain Bukit Kemantauen wisatawan
juga bisa menikmati hamparan batu granit yang berada di atas bukit. Di sini
juga terdapat pohon-pohon berukuran besar yang akarnya sering kali digunakan
sebagai media komunikasi oleh masyarakat ketika berburu ketika kegiatan berburu
masih aktiv dilakukan. Komunikasi menggunakan akar pohon ini disebut Nabo Banar
yang artinya memukul akar.
Tak hanya wisata ala, Febriansa
bersama kelompoknya juga mengembangkan berbagai aktivitas yang bisa dilakukan
di Wisata Batu Begalang. Seperti budidaya madu trigona, produksi tepung singkong,
hingga membantu menjualkan hasil anyaman warga.
“Kami juga sedang rancang wisata
tracking, camping, bahkan paket gastronomi. Ada rencana bikin sunrise point
juga, tapi masih hitung-hitungan biayanya,” ujar Febriansa ketika diwawancarai Belitong
Ekspres.
Kini, HKM yang dikelola oleh
Febriansa dan kelompoknya mencakup 385 hektar hutan, berdampingan dengan
wilayah KTH seluas 571 Hektar. Dua kelompok berbeda yang memiliki tujuan yang
sama yaitu melindungi sisa hutan Desa Kelubi.
Febriansa Sang Penjaga Hutan
![]() |
Source : belitongekspres.bacakoran.co |
Perjuangan Febriansa menjaga dan melestarikan hutan Desa Kelubi dari tahun 2015 hingga kini membangunkan kesadaran, bahwa hutan tak hanya tentang pohon dan tanah tapi merupakan ruang hidup yang harus dijaga bersama.
“Kalau hutan ini habis, anak cucu kita hanya bisa mendengar kisahnya. Tapi kalau kita rawat bersama, mereka masih bisa merasakan udara segar dan belajar bahwa alam bukan untuk ditaklukkan, melainkan dijaga”, ucapnya.
Dari tongkrongan kecil di rumahnya,
Febriansa menunjukkan bahwa menjaga hutan bukan pekerjaan segelintir orang, namun
warisan yang harus terus hidup disetiap generasi. Dengan memilih tetap
melangkah walau banyak rintangan yang harus dilalui, Febriansa tidak hanya
mewariskan cerita, namun juga sejuknya udara, kicau burung dan keyakinan bahwa
alam layak untuk diperjuangkan.
Febriansa memberikan inspirasi
kepada kita bahwa ada banyak cara untuk menlindungi dan melestarikan hutan di
negara kita. Asal kita punya tekad yang kuat dan pantang menyerah.
Tidak ada komentar
Posting Komentar