Source : Digitalbisa.id |
“Orang-orang ini hidup dalam dunia mereka sendiri. Meski dunia telah berkembang sedemikian pesatnya, mereka masih setia dengan keyakinan mereka. Memegang teguh adat istiadat mereka dan tak pernah sedikit pun terpengaruh oleh dunia luar. Mereka tidak terisolasi tapi mereka mengisolasi diri mereka sendiri. Mereka adalah suku baduy.”
Meski tempat tinggal
mereka berada di tengah hiruk pikuk kota dengan segala modernitasnya, meraka
tak sedikitpun tergoda untuk mengubah cara hidupnya. Mereka tetap hidup dalam
kesederhanaannya dengan hidup berdampingan dengan alam sebagai sumber
penghidupan meraka.
Mengenal Suku Baduy
Suku Baduy termasuk dalam
Suku Sunda yang mendiami pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Tepatnya
mereka bermukim di Desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar. Pusat permukimannya
terletak di daerah aliran sungai Ciujung.
Source : Indonesia.travel |
Suku Baduy terkenal
sangat ketat memegang adat istiadat. Beberapa pantangan atau larangan yang
harus di taati oleh warga Baduy diantaranya tidak diperbolehkan menggunakan
kendaraan untuk sarana transportasi, tidak diperkenankan menggunakan alas kaki,
dilarang menggunakan alat elektronik dan tidak diperbolehkan menggunakan
pakaian modern.
Wilayah Suku Baduy
terbagi menjadi dua yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Perbatasan antar keduanya
ditandai dengan sebuah gubuk yang terbuat dari bambu sebagai tempat menginap
Suku Baduy Dalam ketika mereka berladang.
Baduy Dalam terdiri dari
tiga desa yaitu Cikeusik, Cikertawarna, dan Cibeo. Desa-desa ini kini sudah
bisa untuk dikunjungi. Namun ada peraturan yang harus ditaati oleh pengunjung
jika sambang ke Desa ini. Peraturan tersebet diantaranya tidak diperbolehkan
untuk mengambil foto terutama di daerah Baduy Dalam. Pengunjung hanya boleh
menggambarkan suasana desa dalam bentuk sketsa. Dilarang menggunakan sabun,
sampo, odol dan bahan kimia lainnya saat mandi, karena dikhawatirkan akan
merusak alam.
Mata Pencaharian
Mayoritas mata
pencaharian Suku Baduy adalah Bertani, terutama warga Baduy Dalam. Namun
setelah dibuka menjadi Kawasan wisata kini sebagian warga Baduy beralih profesi
sebagai pemandu wisata dan pedagang. Menurut salah satu tokoh di Baduy Luar
dikatakan bahwa sekitar 98% warga Baduy bermatapencaharian sebagai petani, dan
sisanya sebagai pedagang dan pemandu wisata.
1. Bertani
Source : propertynbank.com |
Bertani menjadi mata
pencaharian utama mereka, selain mengolah kebun sendiri atau menjadi peladang
yang menggarap perkebunan warga lain di luar Desa Kanekes. Selain menanam padi
mereka juga menanam kencur dan jahe untuk kemudian dijual ke pasar.
Komoditas utama mereka
adalah kencur, jahe, gula aren, durian dan madu.
2. Pemandu Wisata
Setelah dibuka menjadi
Kawasan wisata, sebagian petani Baduy beralih menjadi pemandu wisata dimana
mayoritas merupakan anak-anak muda Baduy. Pekerjaan meraka adalah mengantar wisatawan
ke Baduy Dalam.
Wisatawan diwajibkan
menggunakan pamandu lokal bantu navigasi agar wisatawan tidak tersesat dan
membantu berkomunikasi dengan masyarakat Baduy Dalam sebagai penerjemah.
Hingga saat ini warga
baduy yang berprofesi sebagai pemandu wisata mencapai 30 orang.
3. Berdagang
Source : anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/ |
Mulai ramainya wisatawan
yang datang berkunjung ke kawasan Baduy dimanfaatkan oleh warga Baduy untuk
menjajakan produk kerajinan khas mereka. Produk yang dipasarkan berupa kain
tenun, pakaian adat baduy, lomar atau ikat kepala dan tas khas Baduy bernama
Koja serta hasil alamnya yaitu madu. Jika musim panen datang, mereka juga
menjual hasil pertanian mereka seperti jahe, kencur dan durian.
Namun sayangnya,
penjualan produk kerajinan khas meraka ini sangat tergantung dengan kedatangan
para wisatawan. Sehingga jika kunjungan wisatawan menurun, makan penjualan
produk mereka pun ikut menurun. Hal ini lah yang menjadi pematik Narman untuk
memasarkannya lewat media online.
Cikal Bakal Baduy Craft
Source : jayakartanews.com |
Berawal dari
kepraihatinan Narman saat melihat hasil kerajinan yang dibuat oleh keluarga dan
tetangganya yang sulit terjual karena tidak adanya wisatawan yang datang.
Padahal menurutnya produk-produk kerajinan warga Baduy ini sangat unik dan
memiliki nilai jual yang tinggi.
Diapun mulai memutar
otak, mencari cara agar produk-produk lokal ini bisa dipasarkan luas tidak
hanya kepada wisatawan yang datang. Muncullah ide untuk menjualnya secara
online, dengan harapan produk-produk kerajinan ini bisa tersebar luas keluar.
Mulailah dia belajar cara
menggunakan internet secara otodidak. Lalu dia mulai membuat website yang
digunakan sebagai wadah untuk berjualan.
“Jujur saja saya termasuk orang yang tidak mendapatkan Pendidikan seperti anak muda lainnya”, ucap Narman ketika diwawancarai oleh wartawan dari kantor berita Antara saat dia menjadi salah satu pemenang dari SATU Indonesia Awards 2018.
Namun atas kegigihannya
dalam belajar akhirnya dia berhasil membuat Baduy Craft yaitu platform untuk
menjual produk-produk khas Baduy yang bisa diakses oleh masyarakatluas.
Sepak Terjang Baduy Craft
Source: swa.co.id |
Proses pembuatan Baduy
Craft tentunya bukanlah hal mudah. Jika kita ingat lagi akan adanya aturan yang
melarang penggunaan teknologi untuk masyarakat Baduy, membuat Baduy Craft yang penggunaannya
berbasis teknologi mendapat larangan. Namun atas upaya Narman, akhirnya proses
pembuatan Baduy Craft direstui. Hal ini terlihat dari makin meningkatnya
pendapatan para pengrajin Baduy.
Tak hanya masalah ijin
saja, beberapa kendala yang telah dilalui diantaranya juga ketersediaan bahan
baku. Misalkan saja untuk membuat Koja, tas khas Baduy. Bahan baku Koja sendiri
harus dicarai keluar masuk hutan. Namun agaknya kesulitan ini tidak menjadi
penghambat bagi Narman untuk menyebarluaskan budaya Baduy ke Dunia luar. Segala
kesulitan ini malah menjadi penyemangatnya untuk terus maju.
“Melalui lingkungan itulah kita mempunyai andil untuk berbuat sesuatu” ujarnya.
Hingga kini omzet penjualan kerajinan khas
Baduy ini mencapai 50 juta tiap bulannya. Dan telah membantu ratusan pengrajin
Baduy menjualkan produk hasil kerajinan mereka lewat Baduy Craft.
Narman pun rajin
mengikuti beragam pameran untuk mengenalkan produk kerajinan dan adat suku
Baduy kepada masyarakat luas.